Innalillahi Wainna Ilaihi Raji’un…Semua yang menjadi milik Allah akan kembali padaNya..Kembali sebuah musibah diturunkan untuk bangsa kita tercinta. Sumatera lagi – lagi diuji oleh Allah dengan sebuah gempa berkekuatan 7,6 skala Richter..Miris karena korban dan kerusakan bangunan hampir sama banyaknya dengan Tsunami yang pernah meratakan bumi serambi Mekkah Aceh Darussalam. Adakah semua ini ujian, peringatan ataukah hukuman bagi kita bangsa Indonesia. Setelah sebelumnya Garut juga dihantam bencana yang sama tepat 10 hari sebelum Idul Fitri. Tidak pelu kita bersedih, menangis atau bahkan hanya bicara, yang terpenting sekarang bagaimana kita segera bertindak membantu saudara – saudara kita yang saat ini pasti sedang menunggu kemurahan hati sahabat semua untuk menyisihkan sedikit rizkinya demi menyambung kehidupan mereka. Atau paling tidak, bagi saudara – saudara muslim sekalian yang sempat membaca tulisan di blog ini untuk sudi sejenak membacakan Fatihah dikhususkan pada saudara kita yang ditimpa bencana ini, semoga Allah menerima ketulusan kita dan menyampaikanNYa pada saudara kita yang disana sehingga akan lebih kuat dan sabar hati mereka dalam menghadapi ujian ini..
Bagi saudara yang ingin menyumbangkan sedikit hartanya untuk sesama saya berikan link untuk tempat transfernya..
Kemarin malam aku sempatkan nonton sekuel film KCB (Ketika Cinta Bertasbih) di salah satu bioskop di Surabaya. Dari awal main sudah disuguhi adegan haru yang memang menyentuh hati(khususnya cewek). Adegan demi adegan terlewati dengan begitu banyak sentuhan - sentuhan agamis di setiap penokohan dan karakter para pemainnya..Sampai di suatu adegan dimana Khaerul Azam pemeran utamanya diminta menggantikan Kyai Lutfi (Dedy Mizwar) untuk mengajar ngaji kitab Al- Hikam karya Ibnu Atoillah..Disitu ada monolog dari pemeran Azam yang mengutarakan satu baris dari kitab Al- Hikam " Seseorang yang merasa dirinya telah benar - benar tawaddu' kepada Allah adalah termasuk golongan orang - orang yang takabbur" Deg..langsung ada sesuatu dalam hatiku yang mengatakan "kena kau"...monolog itu berlanjut lagi.." MAsya Allah, begitu halusnya syaitan bermain dalam hati manusia" Setelahnya, adegan demi adegan kulihat dengan banyak sekali berfikir..LAlu bagaimanan dengan aku..Sholatku, amalku, tingkah laku baikku dengan orang, ketaatanku pada orang tua, bahkan aku sering berfikir sungguh tidak adil kalau Allah tidak membantuku menyelesaikan masalah - masalahku padahal aku telah tawaddu' melaksanakan semua perintahNya..Ya Allah.. berapa banyak lagi yang belum aku tahu tentang kekuranganku dalam beribadah padaMu, serasa semua ilmu yang aku dapat dari mengaji mulai dari kecil sama sekali tidak ada. Bahkan kesombongan hati seperti yang dikatakan Azam dimainkan begitu halus oleh syaitan aku sama sekali tidak pernah tahu...Astaqhfirullah..berikan ampun untukku Ya Allah atas kelancanganku mengira bahwa aku telah begitu baik dihadapanMu..
Ada yang sama sekali tidak aku sadari Begitu lamanya sampai aku merasa tidak pernah ada. Beningnya air raut majah yang selalu mendekat padaku Sejatinya dia adalah milikku yang sempurna Bukan karena dia sempurna… Tapi karena dia menyempurnakan kelebihanku Dan selalu menyembunyikan kekuranganku. Sosok ranting bagian dari pohon jiwaku Tempatnya daun persemaian harapan dan asaku tumbuh Munculnya benih dan calon kelopak kembang citaku Bukan siapa – siapa..Hanya sosok manusia Yang betah berlama –lama dalam pelukanku Teman dalam tidurku yang paling hafal Bagaimana aroma tubuh yang raganya sedang lelap Mimpi – mimpi kosong diubahnya jadi keyakinan Keputus-asaan dirangkainya menjadi penopang Lelah, kalut, pasrah yang bergelayut membebaniku Di belakangku dia siap selalu bediri Meski memang tak sekuat baja raganya Namun caranya menyimpan perasaan Demikian besarpun kesedihan yang sedang bertamu padanya Masih ada secercah senyum yang dia simpulkan dari bibir kecilnya Maka bagaimanakah aku tak memujinya cantik Dengan setiap pertimbangan yang diberikan hati Bagaimana aku tak katakan dia cantik Setelah wewangian khas kelakuannya akan melebihi bidadari Yang paling cantik sekalipun Dalam belaian nyalah saja aku akan tertidur manja Setelah aku menuruti jalannya kehidupan di siang dan sore hari menjelang senja.
Penulis teringat ketika beberapa hari lalu sempat menonton sebuah acara bincang – bincang di sebuah TV swasta, tamu yang diundang saat itu adalah Pak. Mario Teguh. Banyak hal ditanyakan oleh pembawa acara waktu itu, salah satunya adalah bagaimana kita menyikapi diri yang tampaknya selalu terbelenggu dengan keharusan yang memaksa kita melakukan hal itu ketika hari raya tiba(Idul Fitri). Misalnya adalah harus belanja kebutuhan, harus beli baju / pakaian baru, harus tampil lebih baik, harus bergaya dan lain – lain untuk menandakan kita merayakan idul fitri. “ Sebenarnya semua itu baik, semua itu bagus” kata Pak Mario waktu itu. Tetapi yang mungkin tidak kita sadari adalah ketika kita melakukan itu terkadang kita tidak menyadari bahwa itu semua sebenarnya di luar kemampuan kita. Belanja misalnya, apakah belanja habis – habisan pada waktu lebaran adalah suatu keharusan, siapa yang mengharuskan? Tidak ada.. Hanya diri kitalah yang menganggap semua itu perlu untuk menyenangkan hawa nafsu. Mungkin memang ada beberapa barang yang harus dibeli karena merupakan kebutuhan yang mendesak, tetapi lainnya? Bukankah seharusnya kita bisa memilih apa yang perlu kita lakukan dan yang tidak. Nah disinilah kita memang dituntut mengharuskan diri untuk berbuat baik sambung Pak Mario. Maksudnya adalah memaksa diri sendiri untuk berlaku yang seharusnya kita lakukan, misalnya : harus hemat, harus bijaksana, harus santun dalam berkelakuan, harus hormat pada orang lain, sehingga keharusan – keharusan yang membelenggu kita tidak akan jadi masalah.. Harus belanja, kita akan bisa memilih waktu yang tepat dan sesuai kemampuan kita karena sebelumnya kita sudah mengharuskan diri kita untuk berhemat, Harus bergaya maksimal, kita akan bisa memilih gaya yang tepat tanpa harus berlebih – lebihan karena kita sudah mengharuskan diri kita untuk santun dalam bersikap. Penulis banyak sekali berfikir dan merenung tentang kata kata Pak Mario dalam tayangan itu.. Berarti untuk dapat menjalani keharusan – keharusan itu kita harus menjadi orang baik terlebih dahulu, kenapa? KArena hanya orang yang baik yang akan dapat melakukan hal ini. Bukankah kalau orang santun, ramah, bijaksana konotasinya adalah orang baik. Bisakah anda bayangkan kalau orang yang tidak baik itu harus santun, ramah, bijaksana dll tentu tidak mungkin, dia akan kesulitan akan merasa lelah karena itu bukan sifat aslinya ya kan.. Untuk itu marilah kita selalu berusaha membaikkan diri kita, setelah itu yakinlah bahwa Tuhan akan membaikkan kita di hadapanNya dan orang – orang disekitar kita. Itu pasti pungkas Pak Mario..
Tuesday, September 29, 2009
Lindungi aku sayang..dengan semua rasa yang kau beli dari hatiku cinta bercampur kegilaan akan segenggam puing rindu yang seringkali jadi pembuka kata saat tubuh kita beradu bertemu aku dingin di luar sana sesak hampir menemui kematian apakah ajalku telah dekat sedang aku belum mencumbumu menikmati bagian - bagian tubuhmu yang halal bagiku... Wahai tempat kembali yang terakhir... mohon izinkan aku sejenak menapaki kehidupan bersamanya senyampang jasadku bernafas dan masih menyimpan hangat sungguh benar aku ingin bersamanya lalu di saat terakhir kembali menghadapMu di dalam buaiannya..