Wednesday, December 7, 2011

Mampukah membalas pengorbanan orang tua

Tadi malam sekitar setengah sebelas malam, di Surabaya cuacanya sangat dingin karena baru saja turun hujan mulai selepas magrib hingga jam 10an malam. Dalam keadaan dingin seperti itu perut saya terasa lapar sekali, akhirnya saya putuskan keluar dengan motor saya berputar-putar sekitar kos-kosan untuk mencari penjual makanan, Tidak seperti biasanya malam kemarin sangat sedikit penjual nasi yang masih buka, mungkin karena hujan juga..Setelah lama berkeliling saya putuskan berhenti di sebuah warung penjual sambelan ayam goreng. Saya pesan nasi dengan ayam goreng lengkap dengan teh manis panas sebagai pengusir dingin. Sambil makan saya perhatikan bahwa dari tadi penjual itu sendirian saja melayani pembeli, padahal saat itu dingin luar biasa. Seorang perempuan yang saya tebak berumur sekitar 45 tahunan. Iseng saya tanya, " Piyambek'an to bu?" (red. Sendirian saja ta Bu?) "Inggih mas, Bapak'e nek mboten disusul mboten mriki, tilem" (red. Iya mas, Bapaknya kalau tidak dijemput di rumah tidak kesini, tidur).Hadeh..Dasar cowok dalam hati saya.he.he. padahal saya sendiri cowok..Tiba -tiba saja saya teringat ibu saya sendiri di rumah. Sebesar ini jugalah pengorbanannya untuk keluarga. Ibu saya di rumah membuka toko kelontong kecil-kecilan, yang saya rasa tidak bisa disebut toko karena saking sederhananya. Setiap hari beliau ke toko grosir tempatnya kulak'an barang dagangan berjalan kaki, atau kalau harus beli minyak tanah harus naik sepeda ongkel, yang padahal kalau dijual lagi untungnya tidak sampai 500 rupiah, aneh sekali ibu saya..Kalau saya tanya jawabnya enteng, alah wong memang bantu tetangga supaya tidak terlalu jauh kalau cari kebutuhan sehari-hari..Aneh kan? Untuk diketahui di sekitar rumah saya ada beberapa penjual serupa dengan kapasitas yang lebih besar dari dagangan ibu saya, tapi anehnya tetangga lebih suka belanja ke ibu saya, ya karena itu tadi, wong ambil untung tidak sampai 500rupiah, kadang malah hanya untung 100 rupiah..Tapi yang jauh lebih aneh lagi dengan jualan beitu saja beliau, ibu saya tercinta sanggup menguliahkan 3 anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi.. Glodak..Padahal ayah saya hanyalah seorang pegawai BUMN dengan golongan IIA, karena beliau ayah saya, laki-laki yang paling saya hormati hanya lulusan SMP. Meskipun begitu jangan pernah meremehkan skillnya. Beliau sangat menguasai kelistrikan setara dengan lulusan perguruan tinggi, bahkan beberapa kali beliau ditawari untuk mengajar di SMK..Glodak lagi..he.he..Bisa anda bayangkan betapa pontang-pantingnya beliau berdua mengusahakan anak-anaknya agar bisa kuliah, agar bisa hidup di kota orang karena semua saudara saya termasuk saya kuliah di luar kota. Bahkan 3 bulan kemarin beliau berdua sanggup memberangkatkan kakak saya yang kedua ke Jepang, karena dia diterima bekerja disana melalui sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja. Ya, kakak saya yang ke-2 adalah lulusan sastra jepang, maka ke Jepang adalah impiannya sejak kuliah.

Kembali lagi ke tema awal, mampukah kita membalas pengorbanan orang tua..Inilah yang harus jadi pertanyaan besar bagi kita semua khususnya saya. Bagi saya pribadi, meskipun ada 2 gunung emas yang bisa saya persembahkan bagi mereka, pasti tidak akan cukup untuk membalas pengorbanan dan kasih sayang mereka yang seluas samudera. Tidak terbayang bagaimana mereka menjadikan kaki di kepala lalu kepala di kaki hanya demi melihat anak-anaknya bisa tetap nyaman menjalani hidup. Mereka rela tidak tidur semalaman hanya untuk menjaga kita ketika kita sakit dan lemah terbaring di ranjang. Mereka rela tidak makan hanya supaya kita bisa tetap kenyang dan bisa bermain lagi di luar. Mereka rela berpuasa hanya untuk bisa membayar uang sekolah kita. Thats the most amazing things that our parent do for us. Bagi saya neraka jahanamlah tempat yang paling layak jika sampai terlontar kata-kata atau perbuatan yang membuat mereka marah, kecewa dan sakit hati. Kata-katanya adalah perintah raja yang harus saya lakukan meski akan memberatkan dan meluakai saya. Cuma itulah yang sanggup kita lakukan untuk membalasnya tidak ada lagi.